Bayer Siap Mendukung Pengobatan Endometriosis yang Efektif dengan Dienogest untuk Jangka Waktu yang Lebih Lama

Jakarta – Perusahaan global di bidang Life Science, Bayer, mengimbau pasien endometriosis akan pentingnya deteksi dini dan kepatuhan pasien dalam terapi jangka panjang untuk meningkatkan kualitas hidup dengan terapi dienogest.
 
Dalam peringatan Bulan Kesadaran Endometriosis Sedunia yang diadakan di Jakarta, Jumat, Country Division Head Pharmaceuticals Bayer Indonesia Jeff Lai menyatakan bahwa penting untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan bagi masyarakat, terutama perempuan Indonesia, mengenai endometriosis dan pentingnya kepatuhan terapi jangka panjang bagi pasien endometriosis.
 
Menurut Lai, endometriosis lebih sering menyerang perempuan di Asia daripada di negara-negara barat dan dapat berdampak negatif pada kesehatan dan kualitas hidup perempuan.
 
Untuk itu, Bayer telah melakukan penelitian dan pengembangan obat baru untuk berbagai penyakit, termasuk endometriosis. Dienogest, salah satu terapi hormonal inovatif dari Bayer, telah terbukti efektif dalam menghilangkan rasa nyeri jika dijalani dengan komitmen jangka panjang.
 
Bayer juga berkomitmen untuk membantu pasien endometriosis di Indonesia.
 
“Selain itu, kami juga terus melakukan edukasi melalui media untuk meningkatkan kesadaran perempuan sehingga endometriosis dapat didiagnosa sedini mungkin,” tambah Lai.
 
Sementara itu, Kepala Departemen Kesehatan Farmasi Bayer Indonesia, Dr. Dewi Muliatin Santoso, menyatakan bahwa berdasarkan konsensus Perhimpunan Fertilitas Endokrinologi Reproduksi Indonesia (HIFERI) 2023, Dienogest merupakan obat inovatif yang efektif dan aman yang direkomendasikan oleh dokter untuk terapi endometriosis.
 
Terapi hormonal jangka panjang telah terbukti efektif dalam mengelola gejala endometriosis, mencegah progresivitas penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup.
 
“Data menunjukkan bahwa terdapat pengurangan nyeri sebesar 40 persen setelah 4 minggu penggunaan Dienogest, serta peningkatan kualitas hidup yang signifikan setelah 24 minggu pengobatan,” tambahnya.
 
Penelitian juga menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen pasien yang menjalani terapi Dienogest mengalami penurunan sel endometriosis atau minimal selama 24 minggu pengobatan. Selain itu, Dienogest juga mampu mempertahankan VAS rendah (Visual Analog Scale/parameter untuk mengukur derajat nyeri pada endometriosis) selama 5 tahun.
 
Hal ini membuat Bayer berupaya untuk menyebarkan edukasi mengenai pentingnya kepatuhan dalam berobat, karena hal ini akan berdampak positif jika pengobatan dilakukan dengan benar.
 
“Kami juga menyadari bahwa selain pengobatan yang tepat, dukungan dari komunitas juga penting untuk membantu pasien dalam menjalankan pengobatan mereka,” kata Dewi.
 
“Oleh karena itu, kami mendukung patient empowerment dan menjalin kerja sama dengan komunitas Endometriosis Indonesia. Kami terus meningkatkan kesadaran dan edukasi untuk mencegah endometriosis dan mengobatinya jika sudah terjadi melalui kampanye Don’t Live with the Pain dan pembuatan patient booklet,” tambahnya.