SURABAYA – DBD atau Demam Berdarah Dengue masih menjadi masalah serius di Indonesia. Orang tua harus selalu waspada terhadap DBD dan mengenali gejala yang muncul pada anak. Banyak kasus DBD yang terlambat ditangani karena minimnya pengetahuan tentang gejala pada anak.
Pakar Kesehatan dari Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), Gina Noor Djalilah, menjelaskan bahwa DBD terbagi menjadi 3 jenis, yaitu demam dengue, demam berdarah dengue, dan dengue syok syndrome. Namun, seringkali gejala DBD pada anak dianggap sebagai gejala flu biasa atau infeksi virus lainnya.
Menurut Gina, ada beberapa gejala yang dapat muncul pada anak setelah digigit nyamuk, seperti demam tinggi, mual, muntah, sakit kepala, nyeri otot, ruam kemerahan pada kulit, dan pembengkakan pada kelenjar getah bening. DBD dapat menyebabkan dampak yang serius pada tubuh anak, seperti bengkak, sesak, perut besar, dan pendarahan spontan pada beberapa bagian tubuh.
Gina juga menegaskan bahwa gejala DBD yang sudah parah biasanya terjadi karena penanganan yang terlambat dan imunitas anak yang lemah. Anak yang memiliki penyakit komorbid seperti obesitas juga berisiko lebih tinggi terkena DBD. Gejala pada anak biasanya muncul setelah 24-48 jam atau pada hari ke-4 hingga ke-5.
Jika suhu tubuh mulai turun, beberapa gejala lain dapat muncul, seperti sakit perut, perubahan suhu tubuh, tangan dan kaki dingin, muntah darah atau feses berdarah, mimisan, gusi berdarah, dan penurunan jumlah trombosit. Gina juga menjelaskan bahwa DBD yang paling berat adalah dengue syok syndrome yang dapat menyebabkan perdarahan yang tidak berhenti, penurunan tekanan darah, kebocoran pada pembuluh darah, dan kegagalan fungsi organ.
Gina menegaskan bahwa DBD sangat fatal dan telah memakan banyak korban jiwa, terutama anak-anak. Oleh karena itu, ia menyarankan orang tua untuk selalu waspada dan menguatkan imunitas anak dengan memberikan asupan cairan, makanan bergizi, dan vitamin yang cukup.
Leave a Reply